Dilansir dari muslim.or.id, secara bahasa puasa artinya adalah menahan diri, sementara secara istilah puasa artinya adalah beribadah kepada Allah SWT dengan menahan diri dari makan, minum, perbuatan buruk, dan pembatal puasa lainnya, dari mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Secara hukum Islam, terdapat empat macam puasa yaitu puasa wajib, puasa sunah, puasa makruh, dan puasa haram.
Sehingga, ibadah puasa tidak hanya puasa wajib yang dijalankan saat bulan Ramadan saja, namun terdapat beberapa macam puasa lain yang bisa dikerjakan. Salah satu hal yang membedakan ibadah satu dengan lainnya adalah niat. Hal ini menjadi sesuatu yang penting sebab termasuk ke dalam rukun di setiap ibadah. Dalam menjalankan ibadah Puasa Ramadhan, umat Islam dimulai dengan membaca niat pada malam hari, yaitu sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Adapun lafal niat/doa puasa Ramadhan terdapat beberapa versi yang bisa dipilih. Terdapat enam lafal niat yang bisa dibaca.
· Niat/doa Puasa 1
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya:
“Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Lafal niat/doa di atas dikutip dari Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu. Kata “Ramadhana” adalah mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda baca akhirnya berupa fathah. Sementara kata “sanati” diakhiri dengan tanda baca kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr dengan alasan lil mujawarah.
· Niat/doa Puasa 2
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā
Artinya:
“Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Lafal niat/doa di atas termaktub dalam Kitab Asnal Mathalib. Di mana kata “Ramadhana” pada niat di atas menjadi mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda fathah. Sementara kata “sanata” diakhiri dengan fathah sebagai tanda nashab atas kezharafannya.
· Niat/doa Puasa 3
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya:
“Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Lafal niat/doa di atas dikutip dari Kitab Hasyiyatul Jamal dan Kitab Irsyadul Anam. Di mana kata “Ramadhani” dianggap sebagai mudhaf ilaihi yang juga menjadi mudhaf sehingga diakhiri dengan kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarr-nya. Sedangkan kata “sanati” diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas musyar ilaih kata “hādzihi” yang menjadi mudhaf ilaihi dari “Ramadhani”.
· Niat/doa Puasa 4
نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ
Latin: Nawaitu shauma Ramadhāna
Artinya: “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.”
· Niat/doa Puasa 5
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ
Latin: Nawaitu shauma ghadin min/’an Ramadhāna
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.”
Lafal niat/doa 4 dan 5 dimaktub dari Kitab I’anatut Thalibin.
· Niat/doa Puasa 6
نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ
Latin: Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.”
Lafal niat/doa nomor 6 ini dikutip dari Kitab Asnal Mathalib.