Dalam lebih dari satu turnamen esports untuk kategori game first person shooter (FPS), Counter Strike: Global Offensive (CS:GO) sering dipilih sebab diakui sebagai pelopor game FPS untuk game konsol, tapi kompetisi kini makin lama ketat bersama hadirnya Valorant.
Valorant yang udah meluncur di dalam tahap closed beta dikembangkan oleh Rios Games ataupun komunitas game, perusahaan pembuat game hits, League of Legends (LOL). Akhir tahun lalu, lebih-lebih Valorant udah dikenal bersama sebutan Project A.
Lantas, mengapa Valorant layak jadi penantang CS:GO?
Menurut laporan CNBC, ada kesamaan gameplay di pada kedua game berbasis FPS ini, yaitu menyajikan pertempuran pada dua tim yang terdiri berasal dari lima pemain, bisa menanam bom atau menjinakkannya, dan punyai misi untuk membunuh seluruh personel tim lawan.
Sementara itu, Polygon merinci gameplay dan fitur yang terdapat terhadap game teranyar ini. Valorant menyajikan pertempuran dua tim (5v5) yang setiap terdiri berasal dari lima orang.
Setiap pertempuran punyai 25 ronde dan tim yang memenangkan 13 putaran terutama dahulu keluar sebagai pemenang permainan. Di awal permainan, pemain berhak menentukan cii-ciri yang disebut agen yang punyai skill berbeda.
Mode utama game Valorant serupa seperti CSGO, sebab ada tim yang berperan yang menyerang dan sisanya bertahan. Tim penyerang punyai bom yang dinamakan Spike yang mesti ditanam di lebih dari satu titik. Sementara tim bertahan dituntut untuk menjinakkan bom secepat mungkin.
Setiap pemain di dalam pertempuran hanya punyai satu nyawa per putaran. Artinya, jika seluruh pemain mati, itu diakui kemenangan bagi tim lawan. Ini yang membuat game ini menarik ketimbang game FPS lainnya yang punyai fitur revamp (dihidupkan kembali).
Karena tetap di dalam tahap closed beta, game ini baru ada secara terbatas bagi para pelanggan Twitch saja.