Borobudur di tengah kehijauan alam lapangan Kedu. disangka dulu area di selingkaran Borobudur yaitu telaga purba. https://uin-malang.ac.id/
Tidak serupa candi yang lain yang dibentuk di atas tanah hambar, Borobudur dibentuk di atas gunung dengan ketinggian 265 m (869 ft) dari dasaran laut serta 15 m (49 ft) di atas dasar telaga purba yang sudah mengering.[20] presensi telaga purba ini sebagai materi perbincangan yang hangat di golongan arkeolog pada masa ke-20; serta mengakibatkan presumsi jika Borobudur dibentuk di pinggir ataupun terlebih di tengah telaga. Pada tahun 1931, satu orang artis serta spesialis arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan skema jika lapangan Kedu tadinya yaitu serupa telaga, serta Borobudur dibentuk menyimbolkan bunga lotus yang mengawang di atas dasaran sertaau.[15] Bunga lotus bagus dalam wujud seroja (lotus merah), utpala (lotus biru), atau kumuda (lotus putih) bisa dijumpai dalam seluruh ilmu area seni keyakinan Buddha. selalu kali digenggam oleh Boddhisatwa selaku seolah-olah (tanda regalia), sebagai landasan bersimpuh singgasana Buddha ataupun selaku ganjal stupa. arsitektur Borobudur sendiri serupa bunga lotus, serta bentuk badan Budha di Borobudur menyimbolkan Sutra padma yang biasanya ditemui dalam draf keyakinan Buddha mahzab Mahayana (haluan Buddha yang seterusnya merewet ke Asia Timur). 3 halaman melingkar di puncak Borobudur jua diprediksi menyimbolkan kelopak bunga teratai.[20] bakal tapi skema Nieuwenkamp yang terdengar luar lumrah serta dahsyat ini banyak memikul sanggahan dari para arkeolog. pada tanah di kurang lebih monumen ini sudah dijumpai dalil-dalil arkeologi yang memperlihatkan jika area kurang lebih Borobudur pada periode pembangunan candi ini yaitu tanah kering, bukan dasar telaga purba.
sedangkan itu spesialis ilmu bumi malah mensupport tinjauan Nieuwenkamp dengan menampakkan bukti terdapatnya sedimen sedimen lumpur di dekat ini.[21] semacam riset stratigrafi, sedimen serta tilikan percontoh abuk pokok yang dijalani tahun 2000 mensupport kehadiran telaga purba di daerah kurang lebih Borobudur,[20] yang menguatkan tanggapan Nieuwenkamp. Ketinggian dasaran telaga purba ini naik-turun berubah-ubah dari era ke era, serta bukti menampakkan jika dasar gunung dekat Borobudur sempat balik tergenang air serta sebagai pinggiran telaga kurang lebih masa ke-13 serta ke-14. haluan kali serta keaktifan vulkanik diprediksi ada kontribusi dalam mengganti ceritakan alam serta topografi daerah kurang lebih Borobudur tercantum telaga nya. Salah satu gunung terbakar setidaknya aktif di Indonesia yaitu Gunung Merapi yang berada layak dekat dengan Borobudur dan sudah aktif semenjak periode Pleistosen.[22] https://iblu-academy.co.id/