Analisa Efektifitas Geogrid Sebagai Stabilisator Lereng

Dalam situasi proyek konstruksi memang tidak akan selalu berjalan mulus. Terkadang ada saja masalah lapangan yang bisa terjadi pada proyek konstruksi yang akan di bangun. Misalnya kualitas tanah yang tidak memungkinkan untuk di bangun sebuah bangunan alias tanah yang lunak. Jika dipaksakan, penggunaan tanah lunak dalam proyek konstruksi bisa berakibat fatal untuk masa depan dari fasilitas yang akan di bangun, semisal terjadi tanah longsor pada tebing, atau jika masalah sudah terdeteksi dari awal, seperti adanya retakan atau penurunan muka tanah maka akan ada biaya tambahan yang tidak murah untuk melakukan perawatan tebing.

 

Maka dari itu penggunaan tanah lunak dalam konstruksi sebisa mungkin harus dihindari. Namun jika tidak mempunyai pilihan lagi, penggunaan material perkuatan tanah bisa diaplikasikan pada proyek konstruksi. Semisal penggunaan material geogrid untuk menciptakan interlocking antara timbunan dengan geogrid. Walaupun kualitas tanah lunak tidak akan sama dengan tanah keras namun penggunaan material perkuat tanah seperti geogrid dapat mengurangi potensi tanah longsor pada tebing. Lalu apa itu geogrid? dan bagaimana cara kerjanya?

 

Mengenal Material Geogrid

 

Geogrid adalah material yang terbuat dari HDPE atau kepanjangan dari High Density Polyethylene. Material ini sudah sangat berjasa di banyak proyek proyek konstruksi yang memakai tanah lunak untuk membuat tebing buatan. Sudah disinggung sebelumnya kalau material ini bekerja dengan cara mengandalkan interlocking pada tanah lunak dengan geogrid, lalu apa itu interlocking antar timbunan?.

 

Interlocking antar timbunan memiliki arti mengunci material timbunan dengan geogrid. Kuncian ini akan menjaga tanah lunak agar tidak ambles dan tetap pada posisi nya. Jika tanah lunak ini tetap digunakan tanpa menggunakan material perkuatan tanah apapun,tentu akan menghancurkan struktur tebing yang akan meningkatkan terjadinya tanah longsor.

 

Dalam proyeknya geogrid memiliki dua jenis yang paling populer yaitu jenis biaxial dan unixial. kedua jenis geogrid ini memiliki banyak perbedaan dan juga memiliki fungsi yang berbeda. Geogrid biaxial biasanya digunakan untuk memperkuat area tanah yang sangat lunak seperti area rawa, lahan gambut, dll. Sedangkan untuk geogrid unixial biasa nya digunakan untuk menjaga stabilitas lereng dan sebagai dinding penahan tanah.

 

Efektifitas Geogrid Dalam Stabilitas Lereng?

 

Dalam segmen ini kita akan melihat bagaimana efektifitas material geogrid dalam stabilisasi lereng dan perbandingan nya secara jelas dengan lereng yang tidak memakai material perkuatan tanah apapun, sekaligus material pendukung geogrid yang akan meningkatkan kekuatan dari lereng yang rawan longsor.

 

  • Kondisi Awal Lereng Dengan Tanah Lunak

Kondisi lereng yang tidak menggunakan material perkuatan tanah apapun akan menghasilkan banyak masalah yang akan mengancam proyek secara keseluruhan. Kondisi lereng ini akan menghasilkan displacement yang sangat tinggi terutama pada bagian tengah dan bawah lereng. Area yang memiliki total displacement yang tinggi akan ditetapkan sebagai bidang keruntuhan yang artinya area tersebut akan menjadi biang masalah yang akan menghasilkan tanah longsor pada lereng.

 

Dalam kondisi ini faktor keamanan lereng bertengger di angka 0,6734. Dengan nilai angka keamanan yang lebih kecil dari 1, maka kondisi lereng seperti ini sangat rawan terhadap kelongsoran.

 

  • Kondisi Lereng Dengan Perkuatan Geogrid

Melihat kondisi diatas maka material perkuatan tanah seperti geogrid harus segera dilakukan. Untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan. Jika menggunakan geogrid maka displacement pada lereng akan berkurang drastis apalagi jika menggunakan sheet pile sebagai material tambahan nya. Sheet pile sendiri adalah lempengan besi yang akan ditanam di kaki lereng untuk mencegah displacement pada timbunan.

 

Sheet pile akan dipasang 15 meter dibawah kaki lereng. Namun kedalaman pasti dari pemasangan sheet pile harus ditentukan pada kondisi lapangan. Jika geogrid dan sheet pile digabungkan maka tingkat keamanan dari tebing akan meningkat drastis dari angka 0,6734 menjadi 1.1847. Namun jika nilai angka keamanan lebih dari 1  namun masih di bawah 1.25. Area tersebut masih dikategorikan rawan longsor, walaupun dengan kemungkinan yang kecil.

 

  • Kondisi Lereng Dengan Perkuatan Maksimal

Untuk menstabilkan lereng dengan tanah lunak memang bukan pekerjaan yang mudah, sebenar nya penggunaan geogrid dan sheet pile masih efektif digunakan untuk perkuatan lereng namun jika tanah yang digunakan terlampau jelek maka hanya menggunakan geogrid dan sheet pile masih kurang efektif untuk menjaga stabilitas lereng. Dengan itu perkuatan maksimal tentu diperlukan jika kondisinya di lapangan seperti itu.

 

Perkuatan maksimal yang dimaksud adalah penambahan counterweight di bagian depan dan belakang dari sheet pile. Counterweight pada perkuatan tebing adalah penambahan timbunan di bagian depan tebing yang umumnya memiliki ketinggian 3 meter. Material untuk menjadi counterweight tidak memiliki jenis timbunan khusus. Material tersebut bisa tanah proyek atau tanah setempat yang bisa digunakan.

 

Dengan perkuatan maksimal dari lereng maka nilai keamanan dari tebing meningkat menjadi 1,2347 yang sebelumnya adalah 1.1847. Memang angka tersebut masih dibawah standar keamanan yaitu 1,25 namun angka 1,2347 sudah sangat mendekati angka tersebut.

 

-Kesimpulan Yang Didapat yaitu:

 

Kesimpulan yang didapat dari analisis diatas adalah penggunaan geogrid sebagai material perkuat tebing bisa dibilang efektif karena dapat meningkatkan angka keamanan lereng dari 0,6734 menjadi 1,1847. Namun jika lereng menggunakan perkuatan maksimal dengan menambah counterweight pada bagian depan dan belakang sheet pile maka angka keselamatan meningkat kembali menjadi 1,2347. Angka tersebut memang belum mencapai standar keamanan tebing yaitu 1,25 namun angka tersebut sudah sangat mendekati.